Perang adalah sesuatu hal berisiko tinggi – tidak
memiliki efek positif yang yang kondusif, bahkan terlalu naif bagi dunia
ekonomi jika hal ini diabaikan. Perdebatan serangan ke Suriah atas dugaan
adanya penggunaan senjata kimia terhadap pemberontak pemerintahan Bashar Al
Assad telah mencuri sorotan dan alibi sebagai satu kesempatan dari pihak
eksternal negara Suriah ini dan menjadi pembahasan hangat di KTT G20 saat di St
Petersburg, Rusia. Diangkatnya topik ini pada pertemuan G20 karena serangan
terhadap Suriah dan perang regional hampir pasti akan memicu dan membawa
implikasi serius bagi pemulihan ekonomi global.
Sejak muncul laporan dan beberapa gambar korban
meninggal dan meninggal akibat serangan gas saraf “sarin” di distrik Ghouta
ibukota Suriah kota Damaskus pada 21 Agustus lalu, para pemimpin beberapa
negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Perancis telah mengerahkan
komunitas internasional untuk mendukung serangan hukuman terhadap pemerintah
Suriah Bashar Al Assad yang menurut mereka adalah pihak yang bertanggung jawab.
Presiden AS Obama menekankan pentingnya menangani ini dengan tindakan tegas
bagi siapapun yang menggunakan senjata kimia oleh negara-negara atau tentara
sebagai contoh masa depan. Sementara anggota G20 yang mengutuk serangan kimia diharapkan
paling tidak mendukung AS dan sekutunya atas serangannya terhadap Suriah yang
tidak disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. “Kami mendesak Dewan Keamanan PBB
untuk bersatu dalam mencegah serangan kimiah lebih lanjut”, Herman Van Rompuy,
presiden Dewan Eropa seperti dikutip LA Times untuk merayu PBB mendapat lampu
hijau dari Dewan Keamanan dimana dua anggota Dewan Keamanan PBB – China dan
Russia menentang tindakan apapun yang dapat meningkat menjadi perang regional.
“Ini pasti akan berdampak negatif pada perekonomian dunia”. Peringatan keras
dari Wakil Menteri Keuangan China Zhu Guangyao yang mengkritisi proyeksi Dana
Moneter Internasional bahwa konflik bisa
menambah US$ 10,- untuk harga minyak mentah saat ini yang pada gilirannya
akan mengikis beberapa tingkat pertumbuhan ekonomi global sebesar 0.25%. China,
Russia, India, Brazil dan Afrika Selatan (BRICS) memiliki kekhawatiran yang
sama. Dalam dialog negara BRICS bahwa diantara faktor-faktor yang negatif dapat
mempengaruhi situasi ekonomi global yang merupakan konsekuensi dari intervensi
asing dalam urusan Suriah.
Implikasi
Perang pada Ekonomi
Implikasi pertama yang sudah wajar dalam sebuah
perang adalah “destruktif ekonomi”. Cadangan uang tunai akan habis, makanan dan
bahan bakar, ditambah hilangnya sebagian besar tenaga kerja melalui kematian
dan kecacatan dan lebih ekstrim lagi negara akan bangkrut setidaknya akan
hancur. Akibatnya, banyak revolusi bisa terjadi disebabkan kekacauan perang,
seperti yang terjadi di Rusia tahun 1912 menjelang akhir Perang Dunia I.
Perang juga bisa menjadi benih-benih konflik di masa
mendatang atas alasan balas dendam bagi mereka yang kalah, seperti dalam
kebangkitan Nazi yang akhirnya memicu konflik Perang Dunia II. Namun beberapa
ekonom dan politisi sebagian berpendapat bahwa perang terkadang dapat
menyelamatkan negara-negara tertentu dari depresi ekonomi yang mengerikan,
seperti Perang Dunia II yang menjadikan negara Amerika Serikat, Inggris dan
seluruh sekutunya menjadi negara dengan ekonomi yang superior.
Ekonom abad ke-20 John Maynard Keynes menulis kepada
Presiden AS FD Roosevelt pada tahun 1933 bahwa “perang selalu menyebabkan
kegiatan industri semakin intens”. Di masa lalu “referensi Keynes” dari kacamata
ortodoks perang telah dianggap sebagai satu-satunya alasan yang sah untuk
menciptakan lapangan kerja. Meskipun implikasi positif terhadap ekonomi dari
sebuah perang, Dr. Keynes tidak menganjurkan perang dalam suratnya kepada
Presiden. Sebaliknya Keynes menganjurkan pinjaman untuk membayar sebuah
pekerjaan umum dalam meningkatkan bisnis dan ekonomi. Perang merangsang ekonomi
karena akses pemerintah atas mesin perangnya dan belanja makanan, pakaian,
senjata dan transportasi. Berdirinya sebuah pabrik, menempatkan orang untuk
bekerja, perekrutan tentara bahkan sebuah dasar bagi inovasi di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang saat ini kita sebut radar, telepon seluler,
mesin jet, komputer bahkan internet. Apakah perang memang benar memiliki hal
positif kedepannya? Sebagian orang tidak sinis dengan hal ini. Tetapi jika
krisis ekonomi lima tahun yang telah melumpuhkan dunia saat Depresi Besar
1930-an, maka mungkin satu-satunya hal yang menyelamatkan itu adalah apa yang
terjadi saat itu maka terjadi lagi pada saat ini…Perang Dunia.
Investasi untuk
Perang
Sebagai investor, tentunya perdebatan dari
memanasnya situasi di Suriah mungkin akan anda abaikan atau mari kita lihat
realitanya. Suriah dengan dua kemungkinan tidak hanya akan diserang dan bisa
jadi malah menyerang. Jika dihubungkan dengan konflik Timur Tengah yang diawali
dari Afganistan-Irak apakah hal ini merupakan batu loncatan menuju target akhir
– fasilitas nuklir Iran? Dari peta politik dan militer, Suriah tidak memiliki
begitu fasilitas dan target militer, namun tersirat skenario ini adalah target
politik untuk menarik sekutunya Iran ke dalam perang. Okelah apapun skenario
dari apa yang terjadi, yang jelas akan ada perang, jadi mari kita mempersiapkan
diri untuk itu. Perhatikan grafik di bawah ini bagaimana minyak mentah, emas
dan ekuitas telah bereaksi terhadap semua pembicaraan tentang kemungkinan
serangan terhadap Suriah selama 10 hari perdagangan terakhir dari 23 Agustus –
5 September.
Sumber :
MonexTrader
Sumber : http://bigcharts.marketwatch.com/
Pada hari Senin, 26 Agustus, ketika Menteri Luar
Negeri AS John Kerry mendukung posisi AS dalam serangan terhadap Suriah, minyak
dan emas melonjak, sementara ekuitas turun. Kemudian, mulai Rabu tanggal 28, sebagian
masyarakat internasional menolak rencana aksi AS, dan reaksi pasar minyak dan
emas mulai memberikan reaksi negatif dari pijakannya, sementara ekuitas malah
perlahan membaik. Dari sini kita melihat bahwa prospek perang dapak menambahkan
premi kepada harga minyak dan emas. Dalam kasus minyak, ada antisipasi
peningkatan konsumsi dan penurunan produksi akibat gangguan pasokan. Dalam
emas, ada antisipasi mata uang di bawah tekanan karena perdagangan jatuh dan
naiknya skala utang nasional. Namun, ekuitas mengikuti tren kebalikan dari
reaksi pada antisipasi perang. Untuk ekuitas, ketidakpastian perang lebih
merugikan daripada perang itu sendiri. Setelah ketidakpastian akan dihapus,
investor tahu di mana harus menempatkan uangnya dan pasar akan lepas landas.
Kita masih perlu untuk mengantisipasi sektor mana
dalam pasar ekuitas yang akan memiliki korelasi positif dan negatif. Jelas,
setiap perusahaan yang menghasilkan pendapatan dari kegiatan perang akan
mendapatkan keuntungan besar, termasuk kontraktor pertahanan seperti Lockheed
Martin Corp (NYSE : LMT), Northrop Grumman Corp (NYSE : NOC) dan Boeing Corp
(NYSE : BA). Ditambah produsen minyak seperti Exxon Mobil Corp (NYSE : XOM) dan
seluruh perusahaan minyak lainnya. Hanya saja jangan lupakan juga saham (CFD)
“basic consumer stock” seperti perusahaan ritel, pakaian dan elektronik. Perang
akan mempekerjakan lebih banyak pekerja. Banyak tenaga kerja sama dengan
banyaknya konsumsi di setiap sudut ekonomi. Secara sederhana anda dapat dengan
mudah melindungi portofolio anda dari akibat negatif perang sesuai data
korelasi 3 instrumen diatas, yakni minyak, emas dan indeks S&P untuk
ekuitas.