Tuesday, September 10, 2013

PENGARUH PERANG (SERANGAN KE SURIAH) PADA EKONOMI

Perang adalah sesuatu hal berisiko tinggi – tidak memiliki efek positif yang yang kondusif, bahkan terlalu naif bagi dunia ekonomi jika hal ini diabaikan. Perdebatan serangan ke Suriah atas dugaan adanya penggunaan senjata kimia terhadap pemberontak pemerintahan Bashar Al Assad telah mencuri sorotan dan alibi sebagai satu kesempatan dari pihak eksternal negara Suriah ini dan menjadi pembahasan hangat di KTT G20 saat di St Petersburg, Rusia. Diangkatnya topik ini pada pertemuan G20 karena serangan terhadap Suriah dan perang regional hampir pasti akan memicu dan membawa implikasi serius bagi pemulihan ekonomi global.

Sejak muncul laporan dan beberapa gambar korban meninggal dan meninggal akibat serangan gas saraf “sarin” di distrik Ghouta ibukota Suriah kota Damaskus pada 21 Agustus lalu, para pemimpin beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Perancis telah mengerahkan komunitas internasional untuk mendukung serangan hukuman terhadap pemerintah Suriah Bashar Al Assad yang menurut mereka adalah pihak yang bertanggung jawab. Presiden AS Obama menekankan pentingnya menangani ini dengan tindakan tegas bagi siapapun yang menggunakan senjata kimia oleh negara-negara atau tentara sebagai contoh masa depan. Sementara anggota G20 yang mengutuk serangan kimia diharapkan paling tidak mendukung AS dan sekutunya atas serangannya terhadap Suriah yang tidak disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. “Kami mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bersatu dalam mencegah serangan kimiah lebih lanjut”, Herman Van Rompuy, presiden Dewan Eropa seperti dikutip LA Times untuk merayu PBB mendapat lampu hijau dari Dewan Keamanan dimana dua anggota Dewan Keamanan PBB – China dan Russia menentang tindakan apapun yang dapat meningkat menjadi perang regional. “Ini pasti akan berdampak negatif pada perekonomian dunia”. Peringatan keras dari Wakil Menteri Keuangan China Zhu Guangyao yang mengkritisi proyeksi Dana Moneter Internasional bahwa konflik bisa menambah US$ 10,- untuk harga minyak mentah saat ini yang pada gilirannya akan mengikis beberapa tingkat pertumbuhan ekonomi global sebesar 0.25%. China, Russia, India, Brazil dan Afrika Selatan (BRICS) memiliki kekhawatiran yang sama. Dalam dialog negara BRICS bahwa diantara faktor-faktor yang negatif dapat mempengaruhi situasi ekonomi global yang merupakan konsekuensi dari intervensi asing dalam urusan Suriah.

Implikasi Perang pada Ekonomi
Implikasi pertama yang sudah wajar dalam sebuah perang adalah “destruktif ekonomi”. Cadangan uang tunai akan habis, makanan dan bahan bakar, ditambah hilangnya sebagian besar tenaga kerja melalui kematian dan kecacatan dan lebih ekstrim lagi negara akan bangkrut setidaknya akan hancur. Akibatnya, banyak revolusi bisa terjadi disebabkan kekacauan perang, seperti yang terjadi di Rusia tahun 1912 menjelang akhir Perang Dunia I.

Perang juga bisa menjadi benih-benih konflik di masa mendatang atas alasan balas dendam bagi mereka yang kalah, seperti dalam kebangkitan Nazi yang akhirnya memicu konflik Perang Dunia II. Namun beberapa ekonom dan politisi sebagian berpendapat bahwa perang terkadang dapat menyelamatkan negara-negara tertentu dari depresi ekonomi yang mengerikan, seperti Perang Dunia II yang menjadikan negara Amerika Serikat, Inggris dan seluruh sekutunya menjadi negara dengan ekonomi yang superior.

Ekonom abad ke-20 John Maynard Keynes menulis kepada Presiden AS FD Roosevelt pada tahun 1933 bahwa “perang selalu menyebabkan kegiatan industri semakin intens”. Di masa lalu “referensi Keynes” dari kacamata ortodoks perang telah dianggap sebagai satu-satunya alasan yang sah untuk menciptakan lapangan kerja. Meskipun implikasi positif terhadap ekonomi dari sebuah perang, Dr. Keynes tidak menganjurkan perang dalam suratnya kepada Presiden. Sebaliknya Keynes menganjurkan pinjaman untuk membayar sebuah pekerjaan umum dalam meningkatkan bisnis dan ekonomi. Perang merangsang ekonomi karena akses pemerintah atas mesin perangnya dan belanja makanan, pakaian, senjata dan transportasi. Berdirinya sebuah pabrik, menempatkan orang untuk bekerja, perekrutan tentara bahkan sebuah dasar bagi inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini kita sebut radar, telepon seluler, mesin jet, komputer bahkan internet. Apakah perang memang benar memiliki hal positif kedepannya? Sebagian orang tidak sinis dengan hal ini. Tetapi jika krisis ekonomi lima tahun yang telah melumpuhkan dunia saat Depresi Besar 1930-an, maka mungkin satu-satunya hal yang menyelamatkan itu adalah apa yang terjadi saat itu maka terjadi lagi pada saat ini…Perang Dunia.

Investasi untuk Perang
Sebagai investor, tentunya perdebatan dari memanasnya situasi di Suriah mungkin akan anda abaikan atau mari kita lihat realitanya. Suriah dengan dua kemungkinan tidak hanya akan diserang dan bisa jadi malah menyerang. Jika dihubungkan dengan konflik Timur Tengah yang diawali dari Afganistan-Irak apakah hal ini merupakan batu loncatan menuju target akhir – fasilitas nuklir Iran? Dari peta politik dan militer, Suriah tidak memiliki begitu fasilitas dan target militer, namun tersirat skenario ini adalah target politik untuk menarik sekutunya Iran ke dalam perang. Okelah apapun skenario dari apa yang terjadi, yang jelas akan ada perang, jadi mari kita mempersiapkan diri untuk itu. Perhatikan grafik di bawah ini bagaimana minyak mentah, emas dan ekuitas telah bereaksi terhadap semua pembicaraan tentang kemungkinan serangan terhadap Suriah selama 10 hari perdagangan terakhir dari 23 Agustus – 5 September.

Sumber : MonexTrader



Pada hari Senin, 26 Agustus, ketika Menteri Luar Negeri AS John Kerry mendukung posisi AS dalam serangan terhadap Suriah, minyak dan emas melonjak, sementara ekuitas turun. Kemudian, mulai Rabu tanggal 28, sebagian masyarakat internasional menolak rencana aksi AS, dan reaksi pasar minyak dan emas mulai memberikan reaksi negatif dari pijakannya, sementara ekuitas malah perlahan membaik. Dari sini kita melihat bahwa prospek perang dapak menambahkan premi kepada harga minyak dan emas. Dalam kasus minyak, ada antisipasi peningkatan konsumsi dan penurunan produksi akibat gangguan pasokan. Dalam emas, ada antisipasi mata uang di bawah tekanan karena perdagangan jatuh dan naiknya skala utang nasional. Namun, ekuitas mengikuti tren kebalikan dari reaksi pada antisipasi perang. Untuk ekuitas, ketidakpastian perang lebih merugikan daripada perang itu sendiri. Setelah ketidakpastian akan dihapus, investor tahu di mana harus menempatkan uangnya dan pasar akan lepas landas.

Kita masih perlu untuk mengantisipasi sektor mana dalam pasar ekuitas yang akan memiliki korelasi positif dan negatif. Jelas, setiap perusahaan yang menghasilkan pendapatan dari kegiatan perang akan mendapatkan keuntungan besar, termasuk kontraktor pertahanan seperti Lockheed Martin Corp (NYSE : LMT), Northrop Grumman Corp (NYSE : NOC) dan Boeing Corp (NYSE : BA). Ditambah produsen minyak seperti Exxon Mobil Corp (NYSE : XOM) dan seluruh perusahaan minyak lainnya. Hanya saja jangan lupakan juga saham (CFD) “basic consumer stock” seperti perusahaan ritel, pakaian dan elektronik. Perang akan mempekerjakan lebih banyak pekerja. Banyak tenaga kerja sama dengan banyaknya konsumsi di setiap sudut ekonomi. Secara sederhana anda dapat dengan mudah melindungi portofolio anda dari akibat negatif perang sesuai data korelasi 3 instrumen diatas, yakni minyak, emas dan indeks S&P untuk ekuitas.

Dan pada akhirnya para Ekonom sekarang perlu menilai kembali sugestinya. Dimana ada tanda-tanda perang yang bisa memaksa Federal Reserve AS untuk kembali memikirkan “exit strategy” dari obligasinya dan stimulus mungkin tidak lagi sebagai jalan keluar. Perspektif telah berubah, peta ekonomi berubah usang dan perlu merencanakan sebuah program baru.