Thursday, August 4, 2011

Bank Sentral Borong Emas

 
LONDON, KOMPAS.com- Emas kembali mencatatkan rekor tertingginya pada perdagangan Kamis (4/8/2011). Kenaikan harga emas ini didorong oleh semakin meluasnya krisis utang di Eropa dan dampaknya terhadap pertumbuhan regional sementara data memperlihatkan semakin banyak bank sentral yang membeli emas sepanjang bulan Juni.
AS memang dapat terhindar dari gagal bayar, tetapi fokus beralih pada lembaga pemeringkat kredit yang sudah memperingatkan AS akan diturunkan peringkatnya karena keuangannya tetap rentan. Perkembangan di Eropa tidak kalah buruknya. Imbal hasil obligasi Italia mencapai titik tertinggi dalam satu dekade lebih, di atas 6 persen.Faktor-faktor tersebut membuat semakin banyak orang yang mencari emas sebagai investasi yang aman.
Sementara itu, laporan bulanan Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bank sentral di Thailand, Rusia dan Kazakhstan menambah cadangan emas mereka sejak dua bulan yang lalu. Hal ini menggambarkan bank sentral pun sudah mengalihkan cadangan mereka dari uang kertas ke emas. Harga kontrak emas sudah naik lagi menjadi 1.675,90 dollar AS  per troy ounce.
"Jika melihat pasar obligasi Eropa, akan terlihat imbal hasil pada obligasi Italia dan Spanyol naik menjadi 6 persen. Sehingga krisis utang Eropa  semakin meluas ke Italia dan Spanyol. Potensinya lebih berbahaya dibandingkan dengan Yunani karena ekonomi mereka lebih besar.  Emas bereaksi terhadap hal ini, itulah yang menjadi pendorong utama kenaikannya," ujar Jesper Dannesboe analis komoditas pada Societe Generale.
Data IMF menunjukkan banks sentral Thailand meningkatkan cadangan emas untuk ketiga kalinya dalam tahun lalu. Emas Thailand bertambah lagi sebanyak 18,66 ton pada Juni sehingga total jumlah cadangan emasnya mencapai 127,524 ton. Kemarin, bank sentral Korea juga menyatakan membeli emas untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir pada Juni dan Juli lalu. Harga emas sudah naik 17 persen hingga pertengahan 2011, berarti sudah 11 tahun berturut-turut harganya naik terus. Investor pun terus memburu logam kuning ini. (Reuters/joe)

No comments:

Post a Comment