Wednesday, August 3, 2011

Data Baru Siap Picu Keperkasaan Emas

INILAH.COM, Jakarta - Disepakatinya US Debt Ceiling oleh Parlemen AS bukan akhir dari segalanya. Data-data terakhir, menunjukan perlambatan ekonomi negara adidaya itu. Begitu juga Eropa dan emas semakin perkasa.

Analis Monex Investindo Futures Daru Wibisono mengatakan, putusan Senat AS perihal kenaikan batas atas utang, memang sempat memicu kekhawatiran kenaikan dolar AS. Tapi, hal itu menurutnya, tidak akan signifikan. Sebab, dolar AS juga didera oleh data-data fundamental ekonomi AS yang negatif.
Salah satunya, data ISM manufacturing index AS Juli 2011 yang dirilis Senin (1/8) di bawah ekspektasi dan angka bulan sebelumnya. Angkanya dirilis di level 50,9 dari bulan sebelumnya 55,3 dan ekspektasi 54,9.
“Di sisi lain, investor diintimidasi kekhawatiran baru bahwa, saat ini sedang terjadi perlambatan ekonomi AS sehingga pada akhirnya akan menjadi perlambatan ekonomi global,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (2/8).

Pasalnya, pada Jumat (29/7) AS juga didera data Gross Domestic Product (GDP) yang buruk. GDP kuartal II/2011 dirilis 1,3% dari ekspektasi 1,8% dan kuartal sebelumnya 0,4%. Lalu, data implicit price deflator for GDP juga turun ke level 2,4% dari kuartal sebelumnya 2,7%. Data total penjualan final (final sales) yang angkanya dirilis 1,1% dari ekspektasi 1,8% dari kuartal sebelumnya 0%. “Memang ada peningkatan tapi di bawah ekspektasi,” ujarnya.

Core PCE price index diekspektasikan naik jadi 2,3%, tapi dirilis 2,1% dan sebelumnya 1,6%. PCE Price Index juga dirilis 3,1% dari ekspektasi 3,4% dan kuartal sebelumnya 3,9%. “Secara umum, data-data tersebut negatif bagi dolar AS dan secara otomatis memperkuat harga emas,” tandas Daru.
Sejauh ini, lanjutnya, kenaikan PDB AS lambat tapi penurunannya cepat. Kondisi itu, akan memicu perlambatan ekonomi AS kembali. Kondisi AS diperparah dengan fundamental ekonomi dari kawasan Eropa dan Inggris yang juga negatif.

ISM manufacturing index Eropa merosot ke level terendah sejak Juli 2009. Angkanya dirilis 50,4 dari ekspektasi 50,8 dari sebelumnya di level 50,4. “Ini menandakan ekonomi Eropa stagnan yang juga menandakan perlambatan ekonomi,” timpalnya.
Dari Inggris, data manufacturing PMI juga dirilis di bawah ekspektasi. Angkanya di bawah 50 yang menunjukkan penyusutan. Dirilis 49,1 dari ekspektasi 51 dan angka sebelumnya 51,3. “Semua pelaku pasar di belahan dunia fokus ke data-data teresbut. Apalagi, jika data non-farm payroll yang akan dirilis akhir pekan ini negatif, juga akan menambah duka data-data ekonomi AS,” ungkapnya.

Menurutnya, pelaku pasar merespon negatif terhadap angka-angka tersebut. Jika diakumulasi, menandakan perlambatan ekonomi global. Dengan berjatuhannya mata uang utama, secara teknikal, harga emas seharusnya turun karena terkait dengan penguatan dolar AS. “Kenyataannya, dalam satu pekan ini emas cenderung kokoh dan stabil di atas US$1.615-an per troy ounce,” imbuhnya.
Kondisi itu, menurut Daru, membuktikan, pelaku pasar mengingatkan kembali, meski AS menyetujui kenaikan batas atas utang-nya, sentimennya belum sepenuhnya positif. Sebab, sebelumnya lembaga pemeringkat Standar and Poor’s Rating Service (S&P) sudah mengancam, meski AS berhasil menaikkan batas utang itu, peringkat utang AS akan di-down grade. “Saat itu, S&P menyatakan, peluang down grade masih 50:50,” tandasnya.

Itulah, lanjutnya, yang membuat harga emas tetap kokoh. Pasar sudah tahu, meski batas atas utang AS dinaikkan, beban utang AS tetap tinggi sehingga akan berpengaruh pada level peringkat kredit AS. “Jika AS saja sudah turun peringkat, yang merupakan negara maju dan terkaya, akan berimbas negatif bagi ekonomi dunia,” ucap Daru.
Tapi, penguatan emas untuk saat ini akan terbatas. Sebab, sekarang pasar harus memilih apakah fokus krisis utang AS atau isu perlambatan ekonomi global. Berdasarkan kesepakatan, batas utang AS sebesar US$14,3 triliun akan dinaikkan sedikitnya US$2,1 triliun dalam tiga tahap, serta belanja akan dipangkas sekitar US$2,4 triliun dalam waktu 10 tahun.

Sikap pasar, lanjut Daru bisa dilihat hari ini setelah mendapat keputusan final kenaikan batas utang AS. Tapi, intinya, market dihantui perlambatan ekonomi global sehingga mendukung penguatan harga emas. “Kalaupun terjadi pelemahan hanya bersifat minor. Kecuali, jika dolar AS menguat signifikan,” tukasnya.
Berdasarkan Fibonacci Projection, emas memiliki resistance di level US$1.632 per troy ounce yang merupakan rekor sepanjang sejarah pada Jumat (29/7). Resistance berikutnya, US$1.640-1.650 hingga akhir pekan. Resistance berikutnya, untuk jaga-jaga, jangka panjang di level US$1.700.

Sementara itu, untuk level support berada di angka US$1.620,60 per troy ounce, yang merupakan Fibonacci Retracement 23,6% dan berikutnya US$1.613,50 (Retracement 38,2%) dan jika terkoreksi hingga 50% Fibonacci Retracement dari level tertingginya US$1.632, support emas berikutnya di level US$1.607,70. Lalu, support kuatnya di level 1.600. “Jika tembus, bisa melemah ke US$1.500,” ungkap Daru.
Di atas semua itu, Daru merekomendasikan, jika belum punya posisi, lebih baik wait and see bagaimana pasar merespon kenaikan batas atas utang AS. Jika juga sudah punya posisi beli di level US$1.600-an lebih baik hold. Sebab, potensi koreksinya tidak terlalu tajam. “Sebab, secara umum harga emas masih kokoh,” ucapnya. [mdr]

source: http://ekonomi.inilah.com/

No comments:

Post a Comment