Tuesday, December 11, 2012

Berlusconi Hanya Membuat Masalah!


Belum lama mengutarakan niatnya untuk kembali lagi ke kancah politik, Silvio Berlusconi sudah mendapat sambutan negatif. Cibiran tidak hanya datang dari rival politiknya, namun juga muncul dari pelaku pasar keuangan. Pasca kabar rencana pencalonan diri Berlusconi dalam pemilihan umum Italia, pelaku finansial langsung bersikap pesimis terhadap masa depan perekonomian negara itu. Bursa saham Italia anjlok hingga 3,3% setelah berita itu mengemuka, sementara yield obligasi 10-tahun Italia menguat sampai 0,36% menjadi 4,88% (level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Niat pencalonan diri Berlusconi sangat mengusik harapan investor akan kebangkitan ekonomi Italia dari krisis hutang. Sang flamboyan kadung identik dengan berbagai isu negatif yang telah menyebabkan negaranya terjeblos dalam instabilitas. Selama 3 kali masa kepemimpinannya dulua, Berlusconi seakan membangun budaya yang tidak baik khususnya dalam disiplin fiskal negara. Di tahun 2006, sang perdana menteri kala itu pernah tersandung kasus pengemplangan pajak namun berkat aturan hukum Italia yang longgar ia tidak harus menjalani vonis 4 tahun penjara sebagaimana diputuskan pengadilan.
Jika diurut ke belakang, pudarnya harapan akan kondisi ekonomi yang lebih baik dimulai saat Perdana Menteri saat ini, Mario Monti, mengutarakan niatnya untuk mundur. Padahal sejak menggantikan Berlusconi, kinerja Monti mendapat apresiasi baik dari pelaku pasar. Ia mampu menjadi jembatan negosiasi antara kepentingan finansial negara dan otoritas Eropa. Masa transisi Italia pun menjadi lebih mulus ketimbang peralihan fase ekonomi di Yunani maupun negara lainnya. Salah satu jasa Monti adalah keberhasilannya melakukan efisiensi senilai $20 miliar melalui serial pemangkasan belanja, kebijakan pajak dan penyesuaian usia pensiun. Semua itu sukses dituntaskan dalam beberapa bulan sejak ia mengisu kursi perdana menteri. Pun demikian banyak pihak yang tidak puas dengan kinerja sang teknokrat dalam misinya membawa Italia ke arah perbaikan. Italia dianggap terlalu tunduk atas apa yang dikehendaki oleh pemerintah Jerman dan Prancis. Namun terlepas dari penilaian warga dan pelaku pasar terhadap Mario Monti, sosoknya tentu jauh lebih memberi harapan ketimbang Silvio Berlusconi.
Italia sempat mengalami krisis kepercayaan pelaku pasar satu tahun lalu. Ketika itu perdana menteri Silvio Berlusconi menanggalkan jabatannya di tengah tekanan krisis hutang. Yield obligasi Italia langsung melonjak pasca kebar tersebut ke level 7% akibat kecemasan soal program penyelamatan ekonomi negara. Sebagai jalan tengah, beberapa partai politik utama mendorong Mario Monti untuk duduk mengisi kursi yang ditinggalkan Berlusconi. Selain dipandang sebagai ekonom ulung, Monti diharapkan mampu mereda kekhawatiran pelaku pasar yang skeptis dengan masa depan Italia. Tidak hanya itu, Monti sekaligus menjadi simbol keseriusan Italia dalam menuntaskan masalah fiskalnya.
Jika dilihat dari kacamata ekonomi, segala kebijakan efisiensi dan pemangkasan anggaran sangat berdampak buruk terhadap tingkat pertumbuhan nasional. Perekonomian Italia diprediksi menciut 2,5% tahun ini dan disusul kontraksi 0,3% pada tahun 2013. Lebih dari itu, rasio hutang Italia juga membengkak dan diprediksi melonjak dari 120% (2011) menjadi 126% dari GDP pada tahun ini, yang artinya risiko terhadap rating kredit negara ini makin besar saat dibanding tahun lalu. Untuk menangani semua pekerjaan rumah seberat ini, Italia membutuhkan seorang teknokrat baru yang memiliki visi perbaikan fiskal yang mutakhir. Perdana menteri yang baru dituntut melanjutkan pekerjaan bagus Mario Monti dan juga menuntaskan apa yang gagal dilakukan oleh pendahulunya. Jika persyaratan itu yang dicari, Silvio Berlusconi jelas bukan orang yang tepat.

No comments:

Post a Comment