Tuesday, October 23, 2012

Amerika Banyak Berhutang pada 2 Raksasa Asia

Meski masih menyandang predikat negara perekonomian terbesar di dunia, pendanaan Amerika Serikat (AS) bergantung pada dua negara asal benua kuning.
Jika berbicara soal kepemilikan obligasi  Amerika, maka tentu tidak bisa lepas dari andil besar China. Negara ini giat mengoleksi obligasi pemerintah AS dalam jumlah besar yang terakumulasi dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian, posisi China sebagai penanam modal terbesar di aset hutang Paman Sam kemungkinan besar disalip oleh rival satu kawasannya dalam waktu dekat, yaitu Jepang.

China hingga Agustus lalu memegang obligasi pemerintah Amerika senilai total $1,15 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding angka yang tercatat di awal tahun dan periode yang sama tahun lalu. Sementara Jepang masih menguasai $1,12 triliun obligasi Amerika atau 25% lebih banyak dibanding tahun lalu. Jumlah tersebut masih dapat bertambah karena Jepang berkepentingan mengikis penguatan kursnya dengan membeli surat hutang luar negeri.
Isu soal besarnya hutang Amerika terhadap negara lain, khususnya China, telah menjadi komoditas perdebatan calon presiden. Pada debat 3 Oktober lalu, Mitt Romney mengkritisi besaran hutang pemerintah kepada China dan bertekad memapas pengeluaran guna menghindari peminjaman dana serupa di masa depan.

China sendiri tidak sekedar berinvestasi. Negara itu membeli obligasi AS sebagai salah satu cara menjaga kurs yuan tetap lemah terhadap dollar. Pembelian obligasi adalah langkah jitu untuk menangkal apresiasi valuta sehingga harga produk sebuah negara bisa lebih kompetitif saat diekspor ke negara lain. Tidak hanya itu, pembelian obligasi asing juga dapat menekan risiko inflasi di sebuah negara. Meskipun akhirnya Beijing mengubah kebijakan tersebut atas desakan negara-negara barat, kurs yuan masih termasuk rendah dan mendukung kinerja pelaku bisnis. Atas dasar itu pula, China tidak terlalu perlu lagi memborong surat hutang Amerika.

Presiden Obama bahkan memuji kinerjanya selama menjabat, terkait penurunan nilai tukar yuan. "Mata uang China sudah turun 11% sejak saya menjabat karena kami menekan mereka," tutur Obama bangga dalam sebuah kesempatan kampanye.
Sementara Jepang masih berkepentingan memborong sebanyak mungkin obligasi Amerika karena Tokyo tidak punya banyak pilihan tempat aman untuk menempatkan dananya. Krisis hutang telah memaksa pemerintah Jepang melirik aset-aset berbasis Amerika, yang memang lebih dirasa aman ketimbang surat hutang negara lainnya. Pemerintah Amerika sangat diuntungkan oleh situasi yang tengah dihadapi Jepang.

No comments:

Post a Comment